MENGENAL TOKOH “AL-MUBARRAD DAN AZ-ZUJAJ” BESERTA GAGASANNYA DALAM ILMU NAHWU
Dyah Nurul Azizah
A. AL-MUBARRAD
1. Biografi
Al-Mubarrad adalah seorang ulama’ nahwu mazhab Bashrah generasi terakhir. Nama lengkapnya, Abu Al-‘Abbas Muhammad bin Yazid bin Abdul Akbar bin ‘Umair bin Hassan bin Salim bin Sa’ad bin ‘Abdullah bin Yazid bin Malik bin Nashr Al-Azdi bin Al-Ghauts, lahir pada tahun 210 H (25 Maret 826 M), dalam pendapat lain ia dilahirkan pada tahun 207 H. Al-Mubarrad hidup pada masa kekhalifahan Abbasiyah abad ke-3 Hijriah atau abad ke-9 Masehi. Dari kecil, ia tumbuh berkembang dengan pembelajaran bahasa yang disampaikan oleh Ulama Bashrah, sehingga sangat menyukai nahwu dan tashrīf.
Dalam rihlah ilmiahnya, al-Mubarrad adalah seorang muqri’ yang membacakan Al-Kitab karya Sibawaih, sedang murid-murid lainnya mendengarkan. Al-Mubarrad sebagai ahli nahwu yang sangat cerdas, melakukan kritik terhadap beberapa pendapat Sibawaih. Al-Maziniy, salah satu ulama’ nahwu Bashrah generasi ke-7, ahli tata bahasa dan qirā’ āt juga sangat mengaguminya. Dialah yang menjulukinya dengan nama “Al-Mubarrad” karena kekokohannya dan kemampuannya dalam memberikan ‘illah.
Pada tahun 246 Hijriyah, Al-Mubarrad diminta oleh Khalifah Al-Mutawakkil dan Menteri Al-Fath bin Khaqqan untuk menyampaikan fatwa mengenai bahasa Arab dan nahwu. Dengan keahliannya, dia dijuluki oleh Khalifah dan Mentrinya dengan surra man ro’ā. Setelah itu, ia mengembangkan keilmuannya dengan menyalurkan kepada murid-murid di daerah Baghdad. Pada masa tersebut terjadi perselisihan antara Al-Mubarrad dan Tsa’lab, yaitu salah seorang ahli Nahwu bermazhab Kufah. Masyarakat menilai bahwa Al-Mubarradlah yang lebih unggul dalam perselisihan tersebut, hingga akhirnya murid-murid Tsa’lab berguru pada Al-Mubarrad. Ia menjadi guru bahasa Arab dan nahwu di Baghdad hingga akhir hayatnya dan meninggal pada 285 H (sebagian ulama’ mengatakan 286 H).
Al-Azhary menganggap Al-Mubarrad sebagai imam nahwu terhebat sekaligus imam terakhir mazhab Bashrah. Ibnu Jinni berpendapat bahwa beliau adalah generasi ilmu, semua gagasan-gagasan mazhab Basrah telah dipelajari, dikutip, dan dikukuhkan olehnya. Al-Mubarrad juga banyak mengemukakan hal-hal terkait tentang furu’, ‘illah, dan standar kaidah nahwu.
2. Karya-karyanya
Di antara karya-karya al-Mubarrad adalah Al-Kāmil, berisi tentang penjelasan kebahasaan dan sastra, Al-Isytiqāq, Al-Ma’āni Al-Qur’ān, At-Tasyrīf, Madkhal ilā Sibawaih, Syarkh Syawāhid Al-Kitāb, Makna Kitāb Al-Awsāth li Akhfasy, Al-Fādhil, Muqtadzab, Syarh Lāmiyah Al-I’rab, Maa Ittafaqā Lafdzuhu wa Ikhtalafa Ma’nāhu min Al-Qur’ānil Majīd, Al-Mudzakkar wa al-Muannats, dan I’rābul Qur’ān. Ia juga menulis karya dalam bentuk manuskrip, yaitu At-Ta’azzi wa Al-Murā’i serta Ar-Raudhah.
Sebagian karya-karya al-Mubarrad didasari oleh kritiknya terhadap beberapa gagasan Sibawaih. Al-Mubarrad memiliki kekhususan dalam penekanan pada kajiannya seperti At-Ta’rīf, Al-‘Awāmil, dan Mu’āmalāt, Simā’, Ta’līl, dan Qiyās. Ia memberikanta’rīf di setiap awal bab pada bukunya, khususnya pada buku Al-Muqtadzab.
3. Gagasan Al-Mubarrad dalam Ilmu Nahwu
Di antara teori-teori kebahasaan yang dikemukakan oleh Al-Mubarrad, terdapat beberapa perbedaan dengan teori gurunya yaitu Sibawaih, di antaranya adalah:
No |
Pembahasan |
Pendapat Mubarrad |
Pendapat Sibawaih |
1 |
سبب نصب مقصور عليه (زيد) قام القوم إلا زيداً |
illa : harf nashb atau harf istisnā' |
illa : na't , atf lil bayān |
2 |
إعراب واو : وليلٍ كموج البحر أرخى سدوله # علي بأنواع الهموم ليبتلي |
waw : harf jar atau waw qasam |
waw : atf lail: Mubtada' nakiroh majrur bil idzofah ورب ليلٍ (رب= محذوف) |
3 |
سبب نصب الحال أو إسم المفعول فيه : جاء زيد ضاحكا |
ضاحكاً = Ism maf'ūl fīhi atau menjadi dzorf seperti halnya nashb dzorf zamān pada kalimat جاء زيد اليومَ |
= ضاحكاً Hāl atau ism maf'ūl fīh yang berkaitan dengan zamān fi'il (جاء زيد) |
B. AZ-ZUJAJ
1. Biografi
Az-Zujaj adalah julukan dari Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad bin As-Sury bin Sahl karena pekerjaannya sebagai pemotong kaca. Julukan tersebut adalah manifestasi jalan hidupnya ketika menuntut ilmu. Ia menjalani kehidupan yang sederhana dan jauh dari kemewahan dunia, kesehariannya ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan mengumpulkan kaca kemudian menjualnya. Kecintaan al-Zujaj pada ilmu pengetahuan telah menghantarkannya untuk bertemu dengan salah satu ahli bahasa dan nahwu yaitu Al-Mubarrad. Kemudian ia menjadi golongan ulama’ nuhat mazhab Bashrah.
Az-Zujaj memiliki minat yang sangat tinggi pada ilmu nahwu sehingga Al-Mubarrad mau mengajarinya tanpa bayaran sepeserpun. Walau begitu, al-Zujaj mewajibkan dirinya sendiri untuk memberikan satu dirham setiap hari kepada gurunya, meskipun harus bersusah payah untuk mengumpulkan uang tersebut. Al-Mubarrad menganggapnya sebagai murid yang sangat kompeten, jika ada yang meminta Al-Mubarrad untuk mebacakan Kitab Sibawaih, Al-Mubarrad selalu mendahulukan Az-Zujaj untuk menyampaikannya.
Mula-mula Az-Zujaj mempelajari Ilmu Nahwu Kufah, kemudian memadukannya dengan Ilmu Nahwu Bashrah. Karena kegigihan dan kecerdasannya dalam menuntut ilmu, banyak dari para pembesar yang menginginkannya untuk mengajari anak-anak mereka. Ia juga diminta untuk menjadi sekertaris Al-Qasim, yaitu putra dari Al-Mu’tadidh Abdullah bin Sulaiman. Sejak saat itulah ia mempunyai reputasi yang tinggi dan keadaan perekonomian yang baik. Az-Zujaj wafat pada hari Jum’at tanggal 11 Jumadal Akhir Tahun 310 Hijriyah di Kota Baghdad, ia meninggalkan banyak kenangan sebagai orang terdekat dengan Ubaidillah bin Sulaiman, yaitu mentri Kota Baghdad.
2. Karya-Karyanya
Az-Zujaj memiliki banyak karya, di antaranya adalah Syarkh Abyāti Sibawaih, Mukhtashar Fī An-Nahwi, Al-Isytiqāq, Mā Yansharif wa Mā Lā Yanshorif, Fa’altu wa Af’altu, Ma’āni Al-Qur’ān, Al-Qawāfi, Al-‘Arūdh.
3. Gagasan Az-Zujaj dalam Ilmu Nahwu
Az-Zujaj memiliki perbedaan pendapat dalam beberapa teori bahasa atau nahwu yang telah dikemukakan oleh ulama’ nuhat sebelumnya seperti Sibawaih, Al-Mubarrad, dan mayoritas ulama’ nahwu Madzhab Bashrah. Di antara perbedaan tersebut, contohnya adalah:
No |
Pembahasan |
Pendapat Az-Zujaj |
Pendapat Sibawaih dan Kholil |
1 |
إعراب لعلما وكأنما : لعلما محمداً قادمٌ - كأنما حمحداً شاعرٌ |
كأنما = ك adalah harfu jar yang juga menjadi mudzof mempunyai makna seperti مثل dan أنما yaitu mubtada' mahdzuful khobar yang setelah masdar menjadi mudzof ilaih dari kata ك. |
لعلما = Penggabungan antara kata لعل dan ما كأنما = Penggabungan antara kata كأن dan ما |
2 |
إعراب فعل المضارع |
Fi'il mudzori' hanya bermakna istiqbal saja karena (contoh pada kata يكتب) ia mengatakan bahwa fi'il mudzori' sebenarnya tidak merujuk pada tindakan yang sedang terjadi sebab ketika dia menuturkan kata tersebut, tindakan yang dia lakukan menjadi tindakan di masa lampau. |
Fi'il Mudzori' termasuk dalam kategori haal dan istiqbal |
3 |
بيان نصب المفعول |
تأدبت بالقيام أدباً |
قمت لللأدبِ |
Zujaj berpendapat bahwa kalimat adaba manshub karena kata tersebut telah menjadi maf'ul muthlaq dari kalimat sebelumnya |
Penyederhanaan kalimat tersebut menjadi قمت أدباً kata أدب menjadi sebab ('illah) untuk kata قيام. |
||
أدب = aslinya majrur bi al-lam al jarr yang mahdzuf atau tersembunyi. |
|||
4 |
نصب المصدر بعد واو : استيقظ وطلوعَ الفجرِ |
Kalimat طلوعَ manshub karena dihukumi seperti maf'ul bih, dengan asli kalimat استيقظ ولابس طلوعَ الفجرِ |
Kalimat طلوعَ manshub dengan adanya dzorf, yaitu dzorf zaman seperti nashbu pada kalimat استيقظ اليومَ |
5 |
إعراب الإسم الزيدان الزيدين |
Kataزيد dihukumi mabniy, dapat berubah menjadi زيدان وزيدين karena adanya 'athf yang aslinya قام زيد وزيد |
Kata زيد dihukumi sebagai kata yang mu'rab atau dapat berubah |
6 |
بيان حرف الأصل : هو هي |
Huruf yang asli hanyalah huruf ه, sedangkan huruf و dan ي adalah huruf zaidah atau tambahan, karena pada dzomir هما، هن huruf و dan ي mahdzuf atau tersembunyi |
Keduanya berasal dari huruf asli yang termasuk dalam kategori dzomir |
7 |
إعراب "أيمن" : أيمنُ الله |
Kalimat أيمنُ marfu' karena dii'rabkan sebagai harfu jar dan qosam (yang tidak di dahului oleh kalimat lain) |
Kalimat أيمنُ marfu' karena dii'rabkan sebagai mubtada', dan khobarnya mahdzuf atau tersembunyi. |
8 |
إعراب "فإذا" : خرجت فإذا محمدٌ |
Kalimat فإذا dihukumi sebagai dzorfu zaman atau keterangan waktu, yang artinya saya telah keluar ketika Muhammad keluar. |
Kalimat فإذا atau idza “al faji'ah” dihukumi sebagai harf, yang artinya saya telah keluar dan tiba-tiba Muhammad juga keluar. |
Kalimatفإذا dihukumi sebagai dzorfu makan atau keterangan tempat, dengan arti saya telah keluar di tempat Muhammad keluar. |
Selain perbedaan yang telah disebutkan di atas, Az-Zujaj berpendapat bahwamasdhar adalah aslu sedangkan fi'il adalah furu'. Ia mengatakan bahwa jika fi'il adalah asal kata dan mashdar adalah cabang, maka semua mashdar harus diambil dari fi'il. Sedangkan, pada realita bahasa Arab, terdapat banyak mashdar yang tidak memiliki bentuk fi'il seperti الرجولية والأمومة والنبوة والأموة. Ia juga mengutarakan alasan mengapafi'il dibaca marfū' dan maf'ūl dibacamanshūb, yaitu karena setiap fi'il hanya memiliki satu fā'il, tetapi memiliki banyak maf'ūl. Hal ini ia ambil dari filosofi kebiasaan orang arab untuk menyedikitkan yang berat dan memperbanyak yang ringan.
Selain kedua tokoh di atas, masih banyak lagi ulama’ nuhat dalam berbagai mazhab, seperti Kufah, Mesir, atau Andalusia. Masing-masing memiliki titik penekanan yang berbeda-beda saat mengemukakan gagasan dalam Ilmu Nahwu ataupun Sharf. Seperti halnya Mubarrad yang memiliki titik penekanan dalam At-Ta’rīf, Al-Awāmil, Al-Ma’mūlāt, Simā’, At-Ta’līl, dan Qiyās, Al-Zujaj memiliki banyak gagasan seputar persoalan nahwu seperti ‘ awāmil, ta’līl, adāwāt, dan persoalan dalam Ilmu Sharf.
Referensi
Al-Jabiri, Muhammad Abed, Formasi Nalar Arab (Takwinu al-‘Aql Al-‘Arabiy) diterjemahkan oleh Imam Khoiri, Yogyakarta: IRCiSoD, 2014
Al-Khuli, Amin, Manahiju At-Tajdid Fii An-Nahwi Wa Al-Balaghoh Wa At-Tafsir Wa Al-Adab, Cet.I, Mesir: Daar Al-Ma’rifah, 1961
Anshari A.B, Nazhatul Al-Albab Fii Taabaqatil Udabaa’, Zarqa’: Maktabul Manar, 1985
Dzoif, Syauqi, Al-Madaris An-Nahwiyah, Cet ke-7, Kairo: Daar Al-Ma’arif, 1966
Haqiqi, Muhammad Al-Fitra, Biografi ‘Ulama’ Nahwu, Cet ke-3, Jombang: Ash-Shofa, 2014
Sairafi A.S, Syarkhu Kitabi Sibawaih, Vol.III, Beirut: Daaru Kutubi Al-Ilmiyah, 2008
Komentar
Posting Komentar